Jumat, 06 April 2012

Makalah usaha peningkatan layanan pendidikan anak usia dini


BAB I
PENDAHULUAN
  1. A.    Pendahuluan
    Dewasa ini Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini tengah gencar-gencarnya mengembangkan dan menyebarluaskan pendidikan anak usia dini (PAUD) ke seluruh pelosok Indonesia. Gerakan sadar PAUD ini dimulai dari timbulnya kesadaran pemerintah akan perlunya memperhatikan pendidikan anak sejak usia dini. Dalam upaya pemerataan dan peningkatan kualitas layanan PAUD, Pemerintah Indonesia menghadapi serangkaian masalah yang rumit. Berbagai model pendidikan jarak jauh telah dijajagi namun sampai saat ini tidak satupun model yang secara luas telah diaplikasikan ke seluruh pelosok Indonesia. Tulisan ini akan menguraikan peranan potensial yang dapat dimainkan oleh teknologi sederhana dalam membantu pemerintah Indonesia mensukseskan program layanan PAUD dan mendiskusikan apakah penggunaan CD player dan radio dapat menawarkan cara dengan biaya yang efektif (cost-effective) menuju pencapaian layanan PAUD berkualitas tinggi.
  2. B.     Latar Belakang
    Berbagai studi yang dilakukan secara luas, telah secara jelas menunjukkan peranan PAUD dalam mengembangkan keterampilan kecakapan sekolah; akan tetapi di Indonesia, tingkat penerimaan anak usia 4-6 tahun secara nasional dalam pelayanan PAUD masih sangat rendah. Angka statistik menunjukkan bahwa anak berusia 4-6 tahun yang mendapat layanan PAUD bervariasi antara 8, 15 dan 20 persen (World Bank, 2006). Hal ini berarti bahwa mayoritas anak Indonesia tidak mendapatkan layanan PAUD.
  3. C.    Rumusan Masalah
Dari pemaparan pendahuluan kami diatas, maka rumusan masalah yang kami angkat yaitu
  1. Bagaimana kualitas pembelajaran itu ?
  2. Bagaimana kualitas penilaian itu ?
  3. D.    Tujuan
    1. Memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan PAUD.
    2. Agar anak dapat mendapatkan pembelajaran secara PAIKEM.
    3. Mengembangkan kualitas belajar mengajar PAUD.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.    Kualitas Pembelajaran
Tujuan program percontohan IAI adalah mengembangkan kualitas belajar mengajar PAUD dan meningkatkan kesiapan sekolah melalui:
menyediakan materi kegiatan berkualitas tinggi yang mengikuti kurikulum TK Nasional
secara simultan melatih guru dan mengajar anak memfasilitasi belajar aktif dengan pendekatan berbasis PAKEM.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara fasilitator dengan partisipan atau antar partisipan. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan) dan dapat pula secara non verbal, seperti penggunaan media computer dalam pembelajaran. Namun demikian apapun media yang digunakan dalam pembelajaran itu, esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi.
Komunikasi dalam pembelajaran itu ditunjukan untuk membantu proses belajar. Aktivitas komunikasi dapat dilakukan secara mandiri. Takni partisipan melakukan aktivitas belajar mandiri (self-intructing), seperti mengkaji buku, melakukan kegiatan di laboratorium, atau menyelesaikan proyek inkuiri, dan dapat pula secara berkelompok seperti halnya proses pembejaran di kelompok besar. Keuntungan pembelajaran mandiri itu adalah bahwa partisipan mampu menggunakan keterampilan dan strategi pengelolaan belajar mandiri.
  1. B.     Kualitas Penilaian
Terdapat tiga istilah yang sering berhubungan dengan evaluasi, dan seringkali tertukar di dalam memaknai dan menerapkannya. Agar guru (pendidik) dapat memahami dengan baik, sebelum tertuju pada batasan evaluasi pembelajaran PAUD yang definitif, ada baiknnya istilah-istilah kunci yang berhubungan dengan makna evaluasi tersebut dipahami sebaik-baiknya, istilah-istilah tersebut yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (test, measurement, and assessment).
Pertama Tes. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 1999: 2).
Kedua pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.
Ketiga Penilaian. Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi.
The Task Group on Assessment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991: 3). Popham (1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan
Keempat Evaluasi. Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai,desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah penciptaan lingkungan atau pengkondisian dan pemberian perilaku/pengalaman tertentu agar anak dapat berubah, dalam hal
ini adalah tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan yang diharpkan.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.

0 komentar:

Posting Komentar