JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Faisal Basri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 akan mencapai 6,6 persen atau lebih baik ketimbang pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai 6,5 persen.
"Tahun 2012 akan lebih bergejolak, tetapi lebih membaik. Saya prediksi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Pemerintah memprediksi 6,3 persen. Saya 6,6 persen," tutur Faisal di dalam paparan "Prospek Ekonomi Indonesia 2012" di Yayasan Dharma Bakti Astra di Sunter, Jumat (10/2/2012).
Menurut Faisal, hal itu antara lain terlihat dari beberapa faktor. Salah satunya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat.
Pengangguran di AS turun dari 9 persen menjadi 8,5 persen. Selain itu, faktor pemilihan presiden di AS tahun ini akan membuat ekonomi menjadi lebih baik karena presiden petahana (incumbent) akan mengupayakan kinerja lebih baik.
"Tetapi yang harus diantisipasi kemungkinan lonjakan harga minyak dunia jika ada konflik di Selat Hormuz. Harga minyak dunia bisa mencapai 150 dollar AS per barrel," katanya.
Akibatnya, kata Faisal, pemerintah akan terpaksa menaikkan harga BBM secara signifikan, seperti tahun 2005. Hal ini akan memukul industri otomotif. Oleh karena itu, dia mengaku lebih memilih pemerintah sejak dini menaikkan harga BBM Rp 1.000 per liter sehingga ada penahapan ketimbang naik mendadak.
Tahun 2012 akan lebih bergejolak, tetapi lebih membaik. Saya prediksi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Pemerintah memprediksi 6,3 persen. Saya 6,6 persen.
-- Faisal Basri
Menurut Faisal, hal itu antara lain terlihat dari beberapa faktor. Salah satunya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat.
Pengangguran di AS turun dari 9 persen menjadi 8,5 persen. Selain itu, faktor pemilihan presiden di AS tahun ini akan membuat ekonomi menjadi lebih baik karena presiden petahana (incumbent) akan mengupayakan kinerja lebih baik.
"Tetapi yang harus diantisipasi kemungkinan lonjakan harga minyak dunia jika ada konflik di Selat Hormuz. Harga minyak dunia bisa mencapai 150 dollar AS per barrel," katanya.
Akibatnya, kata Faisal, pemerintah akan terpaksa menaikkan harga BBM secara signifikan, seperti tahun 2005. Hal ini akan memukul industri otomotif. Oleh karena itu, dia mengaku lebih memilih pemerintah sejak dini menaikkan harga BBM Rp 1.000 per liter sehingga ada penahapan ketimbang naik mendadak.
0 komentar:
Posting Komentar